Kuartal Awal 2025: Toyota Masih Pegang Kendali, Merek Jepang Dominasi Pasar Otomotif RI

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) resmi merilis data penjualan kendaraan untuk periode kuartal pertama tahun 2025, yakni Januari hingga Maret. Total penjualan ritel atau dari diler ke konsumen mencapai angka 210.483 unit. Dari data tersebut, merek-merek asal Jepang masih mendominasi pangsa pasar, meskipun kehadiran merek-merek China semakin agresif di pasar otomotif nasional.

Toyota kembali mencatatkan diri sebagai penguasa pasar dengan penjualan ritel mencapai 68.289 unit. Disusul oleh Daihatsu di posisi kedua dengan torehan 36.917 unit, serta Honda yang berhasil menempati posisi ketiga dengan angka penjualan 24.676 unit. Mitsubishi berada di posisi keempat dengan 17.213 unit, sedangkan Suzuki menutup posisi lima besar dengan 14.599 unit.

Pada urutan keenam, Hyundai mencatatkan penjualan sebesar 6.508 unit, sementara Hino sebagai produsen kendaraan niaga menorehkan angka 6.160 unit. Mitsubishi Fuso menyusul dengan capaian 5.890 unit, diikuti Isuzu dengan 5.795 unit. Wuling menempati posisi ke-10 dengan total penjualan 5.425 unit sepanjang kuartal ini.

Untuk distribusi dari pabrikan ke diler (wholesale), Toyota kembali memimpin dengan pengiriman sebanyak 68.955 unit. Daihatsu menempati posisi kedua dengan 34.999 unit, dan Honda menyusul dengan 22.336 unit. Mitsubishi dan Suzuki masing-masing mengirimkan 17.481 dan 14.174 unit. Hyundai, Isuzu, dan Fuso mencatat angka serupa di kisaran 5.000-6.000 unit, sementara BYD dan Wuling menutup daftar 10 besar.

Lonjakan Tesla Bekas Picu Sorotan, Elon Musk Jadi Sorotan di Tengah Penurunan Penjualan

Jumlah mobil Tesla bekas yang dijual selama Maret 2025 mengalami peningkatan tajam dan menarik perhatian publik. Kenaikan ini diduga kuat berkaitan dengan respons konsumen terhadap aktivitas politik Elon Musk yang kontroversial, serta gelombang protes internasional yang timbul akibat pernyataannya. Berdasarkan data dari Cox Automotive, induk perusahaan Autotrader, situs jual beli tersebut mencatat lebih dari 13.000 unit mobil Tesla bekas yang terdaftar pada minggu terakhir Maret 2025. Angka ini mencerminkan lonjakan sebesar 67 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Di sisi lain, penjualan mobil baru Tesla justru menunjukkan penurunan signifikan. Sementara itu, merek kendaraan listrik lain justru mencatatkan pertumbuhan positif. Laporan dari Kelley Blue Book mengungkap bahwa penjualan mobil listrik baru di Amerika Serikat mencapai hampir 300.000 unit pada kuartal pertama 2025, naik 10,6 persen dari tahun sebelumnya. Namun, Tesla mengalami penurunan penjualan sekitar sembilan persen pada periode yang sama. Produsen lain seperti GM dan Hyundai berhasil meningkatkan angka penjualan mereka secara signifikan. GM, misalnya, berhasil menjual lebih dari 30.000 unit kendaraan listrik, hampir dua kali lipat dari pencapaian tahun lalu. Sementara itu, laporan dari Arena EV menunjukkan bahwa total pengiriman kendaraan Tesla selama kuartal pertama 2025 hanya mencapai 336.681 unit, turun dari 386.810 unit di tahun sebelumnya. Menurunnya minat konsumen ini diyakini disebabkan oleh berbagai faktor seperti desain kendaraan yang kurang inovatif dan citra publik Elon Musk yang semakin memecah belah.

Audi Revisi Strategi, Tidak Lagi Hanya Fokus pada Mobil Listrik Setelah 2032

Audi mengambil langkah mengejutkan dengan menunda rencana untuk sepenuhnya beralih ke kendaraan listrik setelah 2032. Keputusan ini terlihat dari pengumuman mereka yang akan tetap mengembangkan mesin pembakaran internal serta powertrain hibrida. Sebelumnya, Audi berencana untuk meluncurkan model bertenaga bensin terakhirnya pada 2026 dan hanya menjual mobil listrik mulai 2032. Namun, CEO Audi, Gernot Dollner, kini menegaskan bahwa tenggat waktu tersebut perlu dikaji ulang mengingat transisi menuju mobilitas listrik membutuhkan waktu lebih lama dari yang diperkirakan.

Dalam konferensi pers terbaru, Dollner menegaskan bahwa perpanjangan masa pakai mesin pembakaran internal dapat memberikan dampak positif terhadap model bisnis Audi. Hal ini juga mencerminkan tren di industri otomotif, di mana beberapa pabrikan lain seperti Mercedes-Benz, Volvo, dan Alfa Romeo juga telah menyesuaikan target elektrifikasi mereka. Bahkan BMW masih berkomitmen mempertahankan mesin V8 untuk beberapa model masa depan.

Pada 2024, Audi mencatat penjualan global sebanyak 1,7 juta unit, mengalami penurunan 11,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Dari jumlah tersebut, hanya 164.480 unit yang merupakan kendaraan listrik, lebih rendah dibandingkan pesaingnya seperti BMW dan Mercedes-Benz. Dengan meningkatnya permintaan kendaraan hibrida, Audi kini meninjau kembali strategi elektrifikasinya untuk memastikan transisi yang lebih stabil dan sesuai dengan permintaan pasar. Langkah ini menandai perubahan signifikan dalam strategi perusahaan yang selama ini dikenal sebagai salah satu pionir dalam pengembangan kendaraan listrik.

Honda Terpukul di Pasar China, Berjuang Hadapi Dominasi Kendaraan Listrik

Honda mengalami tahun yang sulit di China dengan penjualan yang merosot 30,9 persen menjadi 852.269 unit sepanjang 2024. Ini merupakan pertama kalinya dalam sembilan tahun merek asal Jepang tersebut gagal mencapai angka satu juta unit di negara tersebut. Penurunan ini disebabkan oleh meningkatnya persaingan dari merek lokal dan berkurangnya minat terhadap kendaraan berbahan bakar konvensional. Sebagai respons, Honda berencana memangkas produksi di salah satu pabrik mesinnya di Provinsi Guangdong dan mengalihkan fokusnya secara agresif ke kendaraan listrik.

Pasar kendaraan listrik di China terus berkembang pesat, dengan BYD memimpin penjualan sebesar 3,83 juta unit pada 2024. Peningkatan pesat ini secara signifikan mengurangi pangsa pasar produsen lama seperti Honda. Akibatnya, Honda akan menghentikan salah satu jalur produksi di pabrik Dongfeng Honda Engine, mengurangi kapasitas produksinya dari 520.000 unit menjadi 260.000 unit per tahun. Pada awal tahun, Honda juga menutup pabrik patungan dengan Guangzhou Automobile Group yang memiliki kapasitas 240.000 unit, sehingga total kapasitas produksi lokal Honda menyusut dari 1,49 juta menjadi 960.000 unit.

Untuk beradaptasi, Honda menawarkan program pensiun dini bagi pekerja yang terdampak pengurangan produksi. Sementara itu, perusahaan berupaya memperkuat lini kendaraan listriknya dengan meluncurkan SUV listrik S7 yang akan bersaing dengan Tesla Model Y dan Zeekr 7X. Selain itu, Honda sedang mengembangkan dua model EV baru, yakni crossover P7 dan sedan berbasis GT Concept yang diperkenalkan tahun lalu.

Dominasi Pabrikan Jepang di Pasar Otomotif Indonesia: Penjualan Mobil Januari-Februari 2025

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang diakses pada Rabu, total penjualan mobil secara wholesales di Indonesia selama periode Januari hingga Februari 2025 mencapai 134.227 unit. Angka ini merupakan gabungan antara mobil penumpang dan kendaraan komersial. Dari total tersebut, lima pabrikan terbesar masih didominasi oleh merek asal Jepang. Toyota memimpin dengan total 46.479 unit, menguasai pangsa pasar 34,6 persen, diikuti oleh Daihatsu dengan 21.942 unit atau 16,3 persen. Honda menempati posisi ketiga dengan 16.033 unit atau 11,9 persen, sedangkan Mitsubishi Motors menjual 11.712 unit (8,7 persen), dan Suzuki di peringkat kelima dengan 9.732 unit (7,3 persen).

Selain dominasi Jepang, Hyundai sebagai pabrikan Korea Selatan juga menunjukkan eksistensinya dengan penjualan 4.534 unit (3,4 persen). Sementara itu, merek-merek asal China semakin naik dengan Wuling mencatatkan penjualan 2.945 unit (2,2 persen), diikuti Chery dan BYD yang masing-masing membukukan angka 2.570 unit (1,9 persen) dan 2.513 unit (1,9 persen). Di segmen premium, Denza yang baru memasuki pasar Indonesia pada akhir Januari 2025 mencatatkan performa impresif dengan total penjualan 937 unit dalam dua bulan.

Merek-merek Eropa seperti BMW, Mercedes-Benz, dan Volkswagen masih bertahan di pasar meskipun dengan angka yang lebih kecil. Beberapa merek lainnya, seperti Mazda, Citroën, dan Nissan, juga berkontribusi dalam persaingan otomotif nasional. Dengan tren yang berkembang, persaingan antara pabrikan Jepang, Korea, dan China akan semakin menarik dalam beberapa bulan ke depan.

Dampak Insentif Pajak Opsen terhadap Kenaikan Penjualan Mobil di Februari 2025

Penjualan mobil di Indonesia mengalami peningkatan pada Februari 2025, yang didorong oleh insentif pajak Opsen yang diterapkan di beberapa daerah. Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), Kukuh Kumara, menyatakan bahwa stimulus pajak ini memberikan dorongan signifikan terhadap penjualan kendaraan bermotor.

Data menunjukkan bahwa penjualan wholesales pada Februari 2025 mencapai 72.295 unit, meningkat 2,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mencatatkan 70.722 unit. Namun, penjualan ritel justru mengalami sedikit penurunan sebesar 0,8 persen, hanya mencapai 69.872 unit dibandingkan dengan 70.420 unit pada Februari tahun lalu. Penurunan ini dikaitkan dengan ketidakpastian yang muncul akibat kenaikan pajak Opsen di beberapa daerah, yang membuat calon pembeli menunda keputusan mereka untuk membeli kendaraan baru.

Meskipun ada peningkatan di sektor wholesales, Kukuh menilai masih terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa tren ini akan terus berlanjut sepanjang tahun. Dia berharap pemerintah daerah mempertimbangkan untuk tidak menaikkan pajak Opsen lebih lanjut, karena peningkatan penjualan mobil juga akan berdampak positif pada pendapatan pajak daerah. Jika penjualan kendaraan meningkat, maka penerimaan pajak daerah pun akan ikut bertambah.

GAIKINDO menargetkan penjualan mobil di Indonesia bisa mencapai 950 ribu unit pada tahun 2025. Namun, angka ini masih bisa berubah bergantung pada kondisi ekonomi dan kebijakan yang diterapkan. Pada tahun sebelumnya, industri otomotif mengalami penurunan, dengan penjualan wholesales hanya mencapai 865.723 unit atau turun 13,9 persen dibandingkan tahun 2023. Penjualan ritel juga mengalami penurunan 10,9 persen, dari 998.059 unit pada 2023 menjadi 889.680 unit pada 2024.

Penjualan Mobil Januari 2025 Merosot, Toyota Masih Memimpin, BYD Masuk 10 Besar

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) melaporkan bahwa penjualan mobil di dalam negeri mengalami perlambatan signifikan pada Januari 2025. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, penjualan ritel kendaraan turun sebesar 18,6 persen, dengan total 63.858 unit terjual. Sementara itu, distribusi mobil baru dari pabrik ke diler (wholesales) juga mengalami penurunan 11,3 persen menjadi 61.843 unit.

Penurunan ini turut mengubah peta persaingan di industri otomotif Indonesia. Salah satu kejutan terbesar datang dari produsen mobil listrik asal China, BYD, yang berhasil masuk dalam daftar 10 merek mobil terlaris, menggeser Chery dan Wuling dengan selisih tipis.

Toyota masih menjadi merek dengan pangsa pasar terbesar, menguasai 35,7 persen dari total penjualan. Merek ini mencatatkan wholesales sebanyak 22.082 unit, menjadikannya satu-satunya produsen yang menembus angka dua digit pada awal tahun. Daihatsu menyusul di posisi kedua dengan 9.983 unit terjual, menguasai 16,1 persen pasar. Namun, baik Toyota maupun Daihatsu mengalami penurunan penjualan hingga 23,5 persen dibandingkan Desember 2024.

Honda, Mitsubishi, dan Suzuki tetap berada dalam lima besar dengan penjualan masing-masing 7.276 unit, 5.028 unit, dan 4.982 unit. Hyundai menempati posisi keenam dengan 2.308 unit, diikuti oleh Isuzu, Mitsubishi Fuso, Hino, dan BYD yang berada di urutan ke-10 dengan 1.114 unit, hanya terpaut 12 unit dari Chery yang berada di posisi ke-11.

Jika melihat data penjualan ritel, peringkat merek terlaris sedikit berbeda. Hyundai naik ke posisi ketujuh, sementara Hino masuk dalam enam besar. BYD, yang sebelumnya berada di peringkat ke-10 dalam daftar wholesales, harus puas di posisi ke-12 untuk penjualan ritel dengan 1.005 unit terjual.

Secara keseluruhan, penurunan ini menandakan tantangan bagi industri otomotif nasional di awal tahun, meskipun Toyota masih mendominasi dan produsen mobil listrik seperti BYD mulai menunjukkan kehadiran yang lebih signifikan di pasar Indonesia.

Toyota Pertahankan Takhta, BYD Salip Honda & Nissan dalam Persaingan Global

Toyota Motor Corp. kembali mempertahankan posisinya sebagai produsen mobil dengan penjualan tertinggi di dunia pada 2024, menjadikannya yang teratas selama lima tahun berturut-turut.

Sementara itu, produsen otomotif asal China, BYD Co., mencetak pencapaian bersejarah dengan melampaui Honda Motor Co., Nissan Motor Co., dan Suzuki Motor Corp. dalam hal volume penjualan, menurut data industri yang dirilis pada Kamis (30/1).

Mengutip laporan Kyodo, grup Toyota, termasuk Daihatsu Motor Co. dan Hino Motors Ltd., berhasil menjual 10,82 juta unit kendaraan di tahun 2024, mengalami penurunan 3,7% dibanding tahun sebelumnya. Meski demikian, permintaan tinggi terhadap mobil hibrida membantu Toyota mempertahankan dominasinya di pasar global.

Di sisi lain, pesaing utama Toyota, Volkswagen AG dari Jerman, mencatat penjualan sebesar 9,03 juta unit, sedangkan Hyundai Motor Group dari Korea Selatan, yang menaungi Kia Corp., membukukan angka 7,23 juta unit.

BYD menunjukkan lonjakan pesat dengan mencatatkan penjualan global sebesar 4,27 juta unit, meningkat 41,3% dari tahun sebelumnya. Kinerja ini membuatnya melampaui Honda dengan 3,81 juta unit, Nissan dengan 3,35 juta unit, dan Suzuki dengan 3,25 juta unit. Keberhasilan ini mencerminkan pertumbuhan cepat BYD sebagai produsen kendaraan listrik (EV) yang menawarkan produk dengan harga kompetitif.

Toyota sendiri menghadapi tantangan akibat skandal sertifikasi kendaraan di Jepang, yang menyebabkan beberapa model harus dihentikan produksinya sementara waktu. Akibatnya, penjualan domestik mereka merosot 13,8% menjadi 1,44 juta unit.

Dari segi regional, penjualan Toyota di Amerika Utara naik 4,3% menjadi 2,73 juta unit, sementara di Eropa meningkat 3,6% menjadi 1,17 juta unit, didorong oleh tingginya permintaan untuk model seperti RAV4 dan C-HR. Sebaliknya, di China, Toyota mengalami penurunan penjualan 6,9% menjadi 1,78 juta unit akibat persaingan harga yang ketat.

Dalam kategori kendaraan, mobil hibrida Toyota mencatat kenaikan 21,1% menjadi 4,14 juta unit, seiring tren global yang lebih memilih hybrid dibanding EV murni. Sementara itu, penjualan EV Toyota juga meningkat 34,5% menjadi 139.892 unit.

Dari sisi produksi, grup Toyota mengalami penurunan 7,8% menjadi 10,62 juta unit, dengan produksi khusus merek Toyota turun 5,1% menjadi 9,52 juta unit. Beberapa model populer, seperti Yaris Cross, terkena dampak penghentian produksi akibat ketidakpatuhan terhadap standar pengujian kendaraan yang ditetapkan pemerintah.

Secara keseluruhan, total penjualan global delapan produsen mobil utama Jepang pada 2024 turun 1,1% menjadi 24,53 juta unit, sementara produksi global mereka juga merosot 6,6% menjadi 24,10 juta unit.

Persaingan Ketat! Indonesia Bisa Disalip Malaysia dalam Penjualan Mobil ASEAN

Indonesia masih memimpin pasar otomotif di Asia Tenggara dengan penjualan domestik tertinggi pada 2024. Namun, posisi ini bisa saja tergeser oleh Malaysia, yang mengalami peningkatan signifikan dalam penjualan kendaraan roda empat. Berdasarkan laporan Malaysia Automotive Association (MAA), penjualan mobil di Malaysia naik 2,1 persen dibanding tahun sebelumnya, mencapai 816.747 unit . Kenaikan ini didorong oleh pertumbuhan ekonomi yang lebih stabil serta tingginya permintaan mobil penumpang. Segmen kendaraan listrik (Battery Electric Vehicle/BEV) juga mengalami peningkatan, menyumbang 5,6 persen dari total volume penjualan atau setara dengan 45.562 unit, naik 19 persen secara tahunan. Di sisi lain, Thailand justru mengalami penurunan drastis dalam penjualan mobil. Federation of Thai Industries (FTI) mencatat hanya 572.675 unit kendaraan terjual di negara tersebut pada 2024, turun 26,18 persen dibanding 2023 . Bahkan, segmen BEV juga melemah sebesar 9,29 persen, dengan total penjualan 66.732 unit . Penurunan ini disebabkan oleh perlambatan ekonomi, ketatnya kebijakan pinjaman, dan meningkatnya kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL). Indonesia masih unggul dengan total penjualan mobil domestik sebesar 865.723 unit pada 2024, meskipun mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yang mencapai lebih dari 1 juta unit . Segmen BEV di Indonesia juga terus berkembang, menyumbang 5 persen dari total penjualan atau sebanyak 43.188 unit, naik signifikan dibanding 2023 yang hanya 1,7 persen. Sementara itu, Malaysia memiliki strategi besar dalam industri otomotif melalui kebijakan National Automotive Policy (NAP 2020) dan New Industrial Master Plan (NIMP 2023). Pemerintah Negeri Jiran berambisi menjadikan Malaysia sebagai pusat industri otomotif di ASEAN dengan memberikan insentif bagi pengembangan manufaktur lokal dan meningkatkan efisiensi rantai pasok. Meskipun Thailand mengalami penurunan tajam, mereka optimistis dapat meningkatkan kembali pertumbuhan pasar otomotif dengan kebijakan penurunan suku bunga dan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2,4-2,9 persen. Jika tren ini berlanjut, Indonesia perlu mewaspadai persaingan dari Malaysia, yang terus memperkuat posisinya dalam industri otomotif regional.

Isuzu Optimis Pemulihan Pasar Nasional di Kuartal IV/2024

Jakarta – PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) optimis bahwa pasar otomotif dalam negeri akan menunjukkan tanda-tanda pemulihan menjelang kuartal IV/2024.

Yohanes Pratama, Direktur IAMI, menyatakan keyakinannya ini didasarkan pada tren positif yang mulai terlihat dalam perekonomian, terutama setelah Bank Indonesia memutuskan untuk memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 6 persen. Selain itu, The Federal Reserve di Amerika Serikat juga menurunkan suku bunganya sebesar 50 basis poin, menjadi antara 4,75 hingga 5 persen.

“Ini adalah sinyal positif bagi kami. Kami percaya bahwa pasar akan mulai rebound di akhir tahun ini, dan penjualan di kuartal keempat setidaknya dapat sebanding dengan tahun lalu,” ujar Yohanes dalam acara Astra Media Day 2024 di Jakarta pada Kamis (19/9/2024).

Optimisme ini tidak hanya berlaku untuk pasar domestik, tetapi juga diharapkan memberikan dorongan bagi negara tujuan ekspor Isuzu, seperti Filipina, Vietnam, dan Laos. “Penurunan suku bunga ini diharapkan dapat mendongkrak volume ekspor, terutama karena pertumbuhan ekonomi di negara-negara tersebut juga mengalami perlambatan baru-baru ini,” tambahnya.

Namun, perlu dicatat bahwa penjualan Isuzu dari Januari hingga Agustus 2024 mengalami penurunan sekitar 20 persen. Sementara kendaraan komersial juga menunjukkan penurunan sebesar 8 persen, dari 19.808 unit menjadi 18.205 unit.

Model-model unggulan Isuzu, termasuk Traga, MuX, Elf, Giga, dan D-Max, tetap menjadi pendorong penjualan. Yohanes mencatat, “Sekitar 75 persen pembelian kendaraan komersial berasal dari sektor kredit, sehingga penurunan suku bunga diharapkan dapat meningkatkan permintaan.”

Dengan berbagai faktor yang menguntungkan, Isuzu tetap optimis akan bangkit kembali di pasar nasional dan meningkatkan daya saing di industri otomotif.