Dampak Insentif Pajak Opsen terhadap Kenaikan Penjualan Mobil di Februari 2025

Penjualan mobil di Indonesia mengalami peningkatan pada Februari 2025, yang didorong oleh insentif pajak Opsen yang diterapkan di beberapa daerah. Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), Kukuh Kumara, menyatakan bahwa stimulus pajak ini memberikan dorongan signifikan terhadap penjualan kendaraan bermotor.

Data menunjukkan bahwa penjualan wholesales pada Februari 2025 mencapai 72.295 unit, meningkat 2,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mencatatkan 70.722 unit. Namun, penjualan ritel justru mengalami sedikit penurunan sebesar 0,8 persen, hanya mencapai 69.872 unit dibandingkan dengan 70.420 unit pada Februari tahun lalu. Penurunan ini dikaitkan dengan ketidakpastian yang muncul akibat kenaikan pajak Opsen di beberapa daerah, yang membuat calon pembeli menunda keputusan mereka untuk membeli kendaraan baru.

Meskipun ada peningkatan di sektor wholesales, Kukuh menilai masih terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa tren ini akan terus berlanjut sepanjang tahun. Dia berharap pemerintah daerah mempertimbangkan untuk tidak menaikkan pajak Opsen lebih lanjut, karena peningkatan penjualan mobil juga akan berdampak positif pada pendapatan pajak daerah. Jika penjualan kendaraan meningkat, maka penerimaan pajak daerah pun akan ikut bertambah.

GAIKINDO menargetkan penjualan mobil di Indonesia bisa mencapai 950 ribu unit pada tahun 2025. Namun, angka ini masih bisa berubah bergantung pada kondisi ekonomi dan kebijakan yang diterapkan. Pada tahun sebelumnya, industri otomotif mengalami penurunan, dengan penjualan wholesales hanya mencapai 865.723 unit atau turun 13,9 persen dibandingkan tahun 2023. Penjualan ritel juga mengalami penurunan 10,9 persen, dari 998.059 unit pada 2023 menjadi 889.680 unit pada 2024.

Penjualan Mobil Januari 2025 Merosot, Toyota Masih Memimpin, BYD Masuk 10 Besar

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) melaporkan bahwa penjualan mobil di dalam negeri mengalami perlambatan signifikan pada Januari 2025. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, penjualan ritel kendaraan turun sebesar 18,6 persen, dengan total 63.858 unit terjual. Sementara itu, distribusi mobil baru dari pabrik ke diler (wholesales) juga mengalami penurunan 11,3 persen menjadi 61.843 unit.

Penurunan ini turut mengubah peta persaingan di industri otomotif Indonesia. Salah satu kejutan terbesar datang dari produsen mobil listrik asal China, BYD, yang berhasil masuk dalam daftar 10 merek mobil terlaris, menggeser Chery dan Wuling dengan selisih tipis.

Toyota masih menjadi merek dengan pangsa pasar terbesar, menguasai 35,7 persen dari total penjualan. Merek ini mencatatkan wholesales sebanyak 22.082 unit, menjadikannya satu-satunya produsen yang menembus angka dua digit pada awal tahun. Daihatsu menyusul di posisi kedua dengan 9.983 unit terjual, menguasai 16,1 persen pasar. Namun, baik Toyota maupun Daihatsu mengalami penurunan penjualan hingga 23,5 persen dibandingkan Desember 2024.

Honda, Mitsubishi, dan Suzuki tetap berada dalam lima besar dengan penjualan masing-masing 7.276 unit, 5.028 unit, dan 4.982 unit. Hyundai menempati posisi keenam dengan 2.308 unit, diikuti oleh Isuzu, Mitsubishi Fuso, Hino, dan BYD yang berada di urutan ke-10 dengan 1.114 unit, hanya terpaut 12 unit dari Chery yang berada di posisi ke-11.

Jika melihat data penjualan ritel, peringkat merek terlaris sedikit berbeda. Hyundai naik ke posisi ketujuh, sementara Hino masuk dalam enam besar. BYD, yang sebelumnya berada di peringkat ke-10 dalam daftar wholesales, harus puas di posisi ke-12 untuk penjualan ritel dengan 1.005 unit terjual.

Secara keseluruhan, penurunan ini menandakan tantangan bagi industri otomotif nasional di awal tahun, meskipun Toyota masih mendominasi dan produsen mobil listrik seperti BYD mulai menunjukkan kehadiran yang lebih signifikan di pasar Indonesia.