Dampak Tarif Trump, Nissan Siapkan Strategi Produksi Baru Antar Benua

Nissan Motor Co. tengah menimbang opsi strategis untuk memindahkan sebagian kegiatan produksinya dari salah satu pabrik di barat daya Jepang ke Amerika Serikat. Langkah ini diambil sebagai tanggapan atas tarif tambahan sebesar 25 persen yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump terhadap kendaraan impor yang dibuat di luar negeri. Kebijakan tersebut bertujuan menghidupkan industri otomotif dalam negeri dan menciptakan lebih banyak lapangan kerja di AS. Berdasarkan laporan dari Kyodo pada Selasa (8/4), Nissan berencana mengurangi produksi SUV Rogue di salah satu dari dua pabriknya yang berlokasi di Prefektur Fukuoka. Kendaraan tersebut sebelumnya banyak diekspor dari Jepang ke pasar global, termasuk Amerika. Sebagai gantinya, produksi SUV tersebut akan ditingkatkan langsung di pabrik Nissan di wilayah AS guna menghindari beban tarif yang tinggi.

Pemerintah prefektur setempat telah menerima pemberitahuan dari Nissan terkait rencana ini. Wakil Gubernur Fukuoka, Masaru Eguchi, menegaskan bahwa perusahaan tetap berkomitmen mempertahankan keberadaan dan operasional fasilitas yang ada di Fukuoka, meskipun volume produksinya akan dikurangi. Sementara itu, untuk menjaga keseimbangan produksi di Jepang, Nissan juga berencana menambah output SUV Patrol di pabrik lain di Fukuoka. Model Patrol diketahui sangat populer, khususnya di pasar Timur Tengah dan Australia. Keputusan relokasi sebagian produksi ini menandai upaya adaptif Nissan dalam menghadapi dinamika baru dalam perdagangan global dan kebijakan proteksionis yang semakin ketat.

Nissan Angkat Ivan Espinosa Sebagai CEO Baru di Tengah Krisis Perusahaan

Nissan Motor Co. resmi menunjuk Chief Planning Officer Ivan Espinosa sebagai CEO baru, menggantikan Makoto Uchida yang telah memimpin perusahaan sejak 2019. Langkah ini diambil setelah Nissan mengalami kemunduran signifikan, terutama setelah gagalnya negosiasi merger dengan Honda Motor Co. Espinosa, yang memiliki pengalaman luas dalam perencanaan produk di berbagai wilayah, akan mulai menjabat pada 1 April. Sementara itu, Uchida tetap bertahan sebagai direktur hingga rapat pemegang saham pada Juni mendatang.

Penurunan kinerja Nissan menjadi sorotan utama, terutama karena laba perusahaan anjlok lebih dari 90 persen dalam sembilan bulan terakhir hingga Desember. Penjualan yang lesu di pasar utama seperti Amerika Serikat dan China semakin memperburuk kondisi. Kritik terhadap Uchida meningkat, mendorong perubahan kepemimpinan guna menyusun strategi baru untuk mengembalikan kejayaan Nissan.

Dalam konferensi pers, Espinosa menyatakan optimisme bahwa Nissan masih memiliki potensi besar yang belum sepenuhnya dimanfaatkan. Namun, ia enggan berkomentar mengenai kemungkinan perusahaan kembali melanjutkan negosiasi merger dengan Honda. Sementara itu, Uchida mengakui kegagalannya dalam membangun kepercayaan internal dan menyatakan bahwa perubahan kepemimpinan adalah keputusan terbaik bagi Nissan.

Gagalnya merger dengan Honda disebabkan oleh perbedaan visi, di mana Honda menginginkan Nissan berada di bawah naungan mereka, sementara Nissan ingin mempertahankan otonominya. Kini, Nissan menghadapi tantangan besar untuk bertahan di industri otomotif yang semakin kompetitif. Beberapa analis memperkirakan perusahaan akan mencari mitra strategis baru, termasuk kemungkinan bekerja sama dengan Foxconn.