Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami pelemahan dalam beberapa waktu terakhir. Bahkan, pada tanggal 7 April lalu, kurs rupiah sempat mencapai Rp 17.261 per dolar AS. Lantas, apakah kondisi ini akan mempengaruhi harga mobil baru di Indonesia?
Sri Agung Handayani, Marketing Director dan Corporate Communication Director PT Astra Daihatsu Motor (ADM), menjelaskan bahwa meskipun nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah, hal tersebut tidak langsung menyebabkan kenaikan harga mobil baru di Indonesia. Hal ini karena perusahaan besar seperti Daihatsu sudah mengandalkan sumber daya lokal dalam jumlah besar.
“Memang, jika nilai dolar AS meningkat, harga bahan baku bisa terdampak.”
Namun, di Daihatsu, kami sudah mendapat keuntungan dari penggunaan komponen lokal yang tinggi. Meskipun ada beberapa bahan baku yang diimpor, namun proporsinya hanya sekitar 20% dari total komponen,” ujar Agung saat berbicara kepada wartawan di Jakarta beberapa waktu lalu.
Sebagai informasi, sekitar 80% dari komponen yang digunakan dalam produksi mobil Daihatsu di Indonesia berasal dari sumber lokal, yang mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku impor.
Agung menambahkan bahwa di sektor manufaktur, harga mobil tidak otomatis naik meski nilai tukar melemah, karena beberapa komponen justru mengalami penurunan harga. “Satu mobil terdiri dari ribuan komponen, jadi tidak bisa disimpulkan bahwa harga mobil langsung naik. Faktor utama yang mendukung kami adalah penggunaan komponen lokal, dengan lebih dari 1.700 pemasok dan UMKM,” ujarnya.
Dengan begitu, meskipun ada beberapa komponen yang masih berasal dari sumber luar, Daihatsu telah berhasil meminimalkan dampak negatif fluktuasi nilai tukar terhadap harga mobil baru.