Jakarta – italcarreauxgandigal.com – Teknologi cetak tiga dimensi (3D printing) semakin populer di industri otomotif global, termasuk dalam modifikasi motor custom. Meski pemanfaatannya telah berkembang di beberapa negara, di Indonesia penerapan teknologi ini masih dalam tahap awal dan memiliki potensi besar untuk dikembangkan.
Patrick Christopher Panggabean, spesialis 3D printing dari Tridiku yang berbasis di Surabaya, menjelaskan bahwa teknologi 3D printing berbahan logam belum digunakan di Tanah Air. Sebagian besar bengkel di Indonesia masih memanfaatkan bahan plastik untuk proses pencetakan.
“Biasanya hanya untuk membuat komponen aksesori, seperti grill lampu depan Vespa. Ada juga eksperimen untuk membuat pelek, tapi saat ini masih dalam tahap penelitian,” ujar Patrick saat dihubungi baru-baru ini.
Material 3D Printing yang Cocok untuk Otomotif
Patrick mengungkapkan bahwa ada berbagai jenis material yang bisa digunakan dalam 3D printing, namun hanya beberapa yang cocok untuk kebutuhan otomotif. Berikut adalah tiga material yang paling sering digunakan:
- ABS (Acrylonitrile Butadiene Styrene): Cocok untuk aksesori ringan dan komponen mekanis dengan beban kerja ringan.
- Polikarbonat: Memiliki kekuatan tinggi dan tahan panas, menjadikannya pilihan ideal untuk aplikasi otomotif.
- Polyetheretherketone (PEEK): Material dengan tingkat kekuatan tertinggi yang sering digunakan di industri luar angkasa. Meski sangat kuat, PEEK sulit dicetak dan harganya jauh lebih mahal dibandingkan perak. Material ini tetap stabil pada suhu hingga 260 derajat Celcius.
“PEEK adalah material berkualitas Aerospace Grade, biasanya digunakan untuk komponen roket. Harganya sangat mahal, namun memberikan kekuatan dan daya tahan yang luar biasa,” jelas Patrick.
Tantangan 3D Printing di Dunia Modifikasi Motor Indonesia
Menurut Andi Akbar, builder dari Katros Garage, penerapan teknologi 3D printing dalam dunia motor custom di Indonesia masih menemui berbagai kendala. Salah satu tantangannya adalah kemampuan builder untuk membuat desain 3D yang sesuai dengan kebutuhan modifikasi.
“Builder di Indonesia perlu memiliki kemampuan desain 3D untuk memanfaatkan teknologi ini. Selain itu, masih banyak yang belum mengetahui merek alat 3D printer yang bagus, karena kebanyakan alatnya dirakit sendiri,” ujar pria yang akrab disapa Atenx tersebut.
Tren Modifikasi Motor di Indonesia
Atenx juga menambahkan bahwa tren modifikasi motor di Indonesia saat ini masih didominasi gaya old school yang lebih mengutamakan pengerjaan manual dan handmade. Sementara itu, teknologi 3D printing lebih relevan untuk gaya neo classic, seperti membuat detail kecil pada bracket atau aksesori lainnya.
“Meskipun ada 3D printer yang mampu mencetak menggunakan bahan logam, aliran modifikasi di Indonesia masih jarang menggunakan teknologi semacam itu. Fokusnya masih pada pengerjaan manual yang lebih tradisional,” tutup Atenx.
Kesimpulan
Teknologi 3D printing memiliki peluang besar untuk diterapkan dalam modifikasi motor di Indonesia, terutama untuk komponen aksesori dan detail dengan gaya modern. Namun, dibutuhkan peningkatan kemampuan builder serta edukasi tentang penggunaan alat dan material untuk memaksimalkan potensi teknologi ini di masa depan.